RENUNGAN RAMADHAN
PUASA MERUPAKAN PROSES REVOLUSI MENTAL IMAN YANG PALING
EFEKTIF DAN KOMPREHENSIF: INSTROSPEKSI KAMPANYE HITAM PILPRES
2014
Oleh Umi Salamah
Akademisi dan pengamat sosial
politik
Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri
seseorang itu bisa bertambah, bisa
berkurang, bahkan bisa hilang tanpa bekas. Nah, apa yang
harus kita lakukan untuk menjaga kualitas iman kita?
Puasa Ramadhan sebagai bentuk
pendidikan mentalitas iman yang komprehensif
Iman
di hati seseorang
adalah sesuatu yang paling indah
dan harus dijaga. Oleh karena itu, seseorang dapat merasakan manfaat iman yang ada di
hatinya, jika ia
dapat menghiasi dirinya dengan amal-amal shaleh yang nyata. Imanlah yang membuat
seseorang yang berpuasa mampu tetap bertahan untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak berbuat munkar yang merugikan
diri sendiri dan orang lain, padahal ia benar-benar
lapar, dahaga dan memiliki hawa nafsu
lainnya (syahwat, serakah, iri, dengki, dendam, amarah, dan sebagainya).
Hal ini ia lakukan karena menyadari sepenuhnya akan kehadiran Allah SWT yang
Maha Mengawasi seluruh
aktivitasnya dimana pun dan kapan pun ia berada.
Sementara
hakikat puasa itu tidak hanya sekedar menahan diri
dari nafsu perut dan nafsu syahwat, tetapi ada yang lebih penting yaitu kemampuan mengendalikan diri dari
segala keinginan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia kepada kerusakan
dan kebinasaan. Oleh karena itu, tinggalkanlah dan jauhilah segala perbuatan
maksiat dan kemungkaran tersebut.
Sebaliknya
perbanyaklah untuk selalu berbuat ma’ruf dengan banyak berdzikir, berbuat
kebajikan, menolong orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan muka yang
penuh senyum.
Fenomena
kompanye hitam dalam Pilpres 2014 merupakan gejala dekadensi moralitas iman bangsa
yang sangat memprihatinkan. Hujatan, fitnahan, ejekan, lecehan terhadap capres,
timses, bahkan antar pendukung dan simpatisan yang tidak berdasarkan kebenaran
merupakan fitnah yang harus dihindari karena dapat mengikis bahkan menghapuskan
keimanan kita. Menyebarkan
aib saja dilarang oleh Allah apalagi memfitnah.
Marilah
kita isi bulan Ramadhan ini dengan menjalankan puasa serta
mengerjakaan amalan-amalan yang dapat
melatih kita bersikap dan
berperilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, seperti amanah, jujur, sabar, tabah,
berkepedulian sosial, disiplin, adil, serta bersungguh-sungguh dan konsisten
dalam melakukan setiap pekerjaan. Semua sifat terpuji tersebut merefleksikan
ketinggian iman, moral,
rasa solidaritas kemanusiaan dan persaudaraan yang amat dalam. Itulah sebenarnya makna
puasa sebagai bentuk pendidikan mentalitas
iman yang komprehensif.
Puasa Ramadhan sebagai proses
revolusi mental iman
Orang
yang beriman sangat yakin bahwa pelanggaran
terhadap ketentuan yang sudah
digariskan Islam akan mendapatkan dosa dan azab
yang berlibat ganda,. Sebaliknya kemauan untuk melaksanakan sesuai dengan
ketentuan akan mendapatkan pahala dan kebahagiaan yang sangat besar. Keyakinan yang demikian ini jika
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pemimpin negara sampai rakyat
kecil akan membuat kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat indah,
makmur, dan sejahtera.
Pemimpin
yang beriman akan selalu menjalankan roda
pemerintahan sesuai dengan amanat undang-undang dasar dan ideologi Negara. Sementara rakyat yang beriman juga mudah untuk mengikuti aturan yang
ditetapkan oleh pemerintahnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah
yang artinya,
“Kalau
sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, tentu akan Kami bukakan
buat mereka pintu-pintu kemakmuran dan kesejahteraan dari langit dan dari bumi.
Tetapi sayang, mereka itu mendustakan ayat-ayat
Kami, maka kami turunkan bencana kepada mereka karena kesalahan mereka (QS. Al A’raf 96).
Berdasarkan
ayat tersebut, Allah memberikan dua pilihan kepada kita, (1) apakah kita
menjadi bangsa yang dikutuk dengan berbagai bencana karena telah mendustakan
ayat-ayat Allah, seperti menyebar fitnah, aib, hujatan, ejekan, dan nafsu
amarah lainnya kepada masing-masing capres dan cawapres kita, ataukah (2) kita sebagai bangsa yang dibukakan
pintu-pintu kemakmuran dan kesejahteraan dengan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan dalam mengisi ibadah puasa bulan ramadhan yang penuh berkah dan
ampunan ini.
Apabila terjadi permasalahan hukum
terhadap Capres dan Cawapres yang sedang
berkompetisi, biarlah diselesaikan secara hukum oleh institusi yang berwewenang.
Namun berkaitan dengan kebaikan, tidak sepatutnya kita menilai berdasarkan
persepsi masing-masing. Karena kebaikan itu
bukan barang sepuhan, bukan pula kepura-puraan. sehingga kita perlu
mempertahankan dan menjaganya. “Tidak ada kebaikan kecuali di jalan kebenaran,
dan tidak dikatakan kebenaran kalau tidak melahirkan kebaikan.” (QS:2:186), Itulah
yang diinginkan Allah terhadap orang-orang yang menjalani Ramadan agar kita
selalu berada di jalan yang benar, yaitu jalan yang diridloi oleh Allah.
Jadi agar kita
selalu berada di jalan kebenaran, maka gunakanlah modal taqwa dan cara ikhtiar yang
benar sambil meningkatkan rasa syukur agar Allah SWT selalu menambahkan
petunjuk dan nikmat-Nya kepada kita.
Sebagai bangsa Indonesia, kita adalah saudara apalagi
sesama muslim. Tidak pantas apabila kita saling bercerai-berai dan bermusuhan
yang disebabkan oleh perbedahan pilihan. Sikap fanatisme yang berlebihan dapat
menyebabkan perpecahan. Siapa pun yang akan menang, salah satunya pasti akan
menjadi presiden kita. Seandainya orang yang kita fitnah, yang kita benci, dan yang
kita lecehkan itu ternyata menang dan menjadi presiden, apakah kita lantas
berperang atau tidak mau menjadi
rakyat Indonesia? Itu sangat berlebihan. Allah sangat membenci orang-orang yang
berlebihan.
Marilah
di bulan yang penuh berkah dan rahmat ini kita lakukan revolusi mentalitas iman
kita dari sikap mental yang kurang terpuji menjadi sikap mental yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kearifan, kejujuran, kebijaksanaan, keadilan, dan kelegawaan.
Lebih baik kita berbicara tentang kreativitas, produktivitas, kapabilitas, dan
cara merealisasikan program masing-masing capres yang kita dukung daripada
mencelanya. Memuji idolanya itu hal yang wajar tetapi memfitnah rival idola
kita itu sangat tidak terpuji. Jangan sampai iman kita berkurang apalagi lenyap
hanya gara-gara berbeda pilihan. Mengingat keberadaan bangsa Indonesia yang
sangat plural dan multikultural, maka menjaga ukhuwah persaudaraan sebagai
bangsa yang bermartabat dan bermaslahat, menjadi sebuah keniscayaan.
No comments:
Post a Comment