Thursday, June 12, 2014

JADIKAN SEMANGAT KELAHIRAN PANCASILA SEBAGAI SPIRIT PILPRES 2014






JADIKAN SEMANGAT KELAHIRAN PANCASILA SEBAGAI SPIRIT PILPRES 2014: Menuju Indonesia yang damai, mandiri,  dan bermartabat
Umi  Salamah
Akademisi dan Pengamat sosial poliitik

"YANG saya impi-impikan adalah kerukunan Pancasilais  dari segala suku-bangsa, segala agama, segala aliran politik, dan segala kepercayaan" --- Soekarno (Tavip, hal.42).

Implementasi nilai-nilai Pancasila selalu siap menjadi solusi problematika hidup Bangsa Indonesia
Negara kita adalah negara yang plural, multikultural, multi agama, dan multi suku, maka isu SARA dapat menjadi pemicu pemecah belah bangsa. Sejatinya, semangat memperingati lahirnya Pancasila tidak hanya sebatas tataran seremonial atau pun retorik saja, melainkan bagaimana kita mampu menghidupkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila secara seimbang, sehingga nilai-nilai idealistik Pancasila itu dapat seirama sejalan dengan nilai realistik yang ada di masyarakat kita. Oleh karena itu, sekecil apa pun tindakan yang dapat memicu perpecahan bangsa harus kita hindari dari bumi pertiwi ini, karena jelas bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Mari sejenak kita simak sepotong pidato Bung Karno yang digaungkan di depan BPUPKI, saat lahirnya Pansasila  Kita adalah masyarakat yang ingin keluar dari belenggu penjajahan, membentuk nasion Indonesia, untuk berketuhanan, berperikemanusiaan, kebangsaan Indonesia, berpermufakatan, untuk berkeadilan sosial”. Lima sila dari Pancasila yang dirumuskan dari pemikiran visioner para founding fathers bangsa ini sangat menakjubkan. Tiap poin yang tergabung dalam sila tersebut selalu relevan sepanjang masa dan selalu siap menjadi panduan dasar hidup berbangsa.  Lima sila yang menjadi cara dan sudut pandang orang Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara itu, harus dipertahankan dan diperjuangkan agar bangsa kita memiliki kepribadian yang kuat dan mampu bersanding sejajar dengan bangsa maju. Kelima poin sila tersebut, tidak ada yang terbantahkan oleh siapapun kebenaran dan fungsiya sebagai solusi dalam mengatasi problematika bangsa kita.
Semula, nilai-nilai Pancasila sangat idealistik dan sangat kokoh untuk membangun bangsa yang mandiri dan bermartabat, namun, akhir-akhir ini nilai-nilai tersebut  runtuh akibat sikap dominan bangsa ini yang cenderung berpikir pragmatis dan oportunis. Sebagai bangsa yang besar kita harus menyadari bahwa kita beragam dan kita memiliki sumberdaya yang sangat besar sebagai kekayaaan bangsa Indonesia.  Kekayaan itu tidak akan ada artinya jika tidak dikelola berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, untuk mencapai cita-cita tersebut, semangat persatuan dan keadilan sosial harus kita utamakan dan kita tegakkan.
Realitas saat ini masih jauh dari harapan dan cita-cita lahirnya Pancasila itu. Sejak berkuasanya rezim Orde Baru, rakyat Indonesia dijerumuskan ke dalam penjajahan gaya baru kapitalisme-imperialisme yang cenderung liberalis, ”Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan kemanusiaan yang adil dan beradapterkikis dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada hari peringatan  lahirnya Pancasila 1 Juni 2014 ini pun, liberalisasi masih sangat massif di segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, baik  di bidang politik, ekonomi, maupun sosial-budaya. Mengapa hal ini terjadi? Karena tidak ada lagi jaminan dari negara untuk hidup berdemokrasi Pancasila, bertoleransi dengan nilai-nilai Pancasila. Arah kebijakan ekonomi dan politik negara--pemerintah semakin jauh  dari semangat dan cita-cita Pancasila, sehinga menghasilkan kualitas hidup rakyat yang semakin rendah, bertambahnya jumlah angka kemiskinan, dan pengangguran. Apabila hal ini terus dibiarkan akan terjadi kesenjangan sosial yang dapat memicu pecahnya semangat persatuan.
Sunguh sangat memprihatinkan, Jelang Pilpres 2014, di akhir masa pemerintahan Nekolim-Neolib SBY-Boediono hingga saat ini secara mendasar belum  memperlihatkan perbaikan kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkeadilan sosial. Kekuasaannya masih saja melanggengkan keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan mentalitas inlander suatu bangsa.
Lebih parah lagi fenomena yang terjadi pada Pilpres tahun 2014 ini juga diwarnai dengan berbagai perilaku dan sikap yang jauh dari nilai-nilai Pancasila. Maraknya kampanye hitam dan hujatan terhadap lawan kandidat oleh capres maupun timsesnya pada Pilpres 2014 ini pun seakan meniadakan nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradap.  Kampanye hitam itu berisi fitnah yang disadari oleh semua umat beragama di negara kita sebagai dosa besar, bahkan lebih kejam dari pembunuhan. Mengapa di negara yang menyakini Tuhan, kampanye hitam marak dilakukan? Ironisnya dilakukan oleh orang-orang yang mengklaim sebagai kelompok yang teguh memegang nilai-nilai ketuhanan agamanya.
Stop menjadi bangsa pecundang dan penghasut, Bersikaplah Kesatria dan Spotif
Di negara maju, kampanye negatif itu wajar, tetapi di Indonesia kampanye hitam dianggap lebih wajar dilakukan. Bahkan aparatus hukum dan bawaslu pun terkesan sangat lamban dan basa basi tanpa sanksi dalam menangani kasus ini. Padahal kampanye hitam tidak sekedar berupa fitnah tetapi lebih dari itu. Dampaknya bagi generasi muda merupakan pendidikan karakter yang sangat buruk. Oleh karena itu, tindakan tegas berupa pengusutan yang sungguh-sugguh dan pemberian sangsi yang berat harus dlaksanakan dengan pranata hukum yang tegas dan berwibawa demi terwujudnya rasa keadilan. Karena hal ini dapat menjadi potensi pemicu perpecahan persatuan bangsa.
Untuk itu, bangsa Indonesia membutuhkan persatuan kekuatan rakyat untuk berjuang mengembalikan cita-cita politik berdasarkan ideologi Pancasila. Perjuangan  melawan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, dan mengembalikan kembali kedaulatan Rakyat Indonesia serta menegakkan HAM dan Demokrasi di Indonesia harus terus dilakukan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu harus diwujudkan dalam pemikiran dan tindakan seluruh rakyat Indonesia, untuk bangkit berdaulat dan mandiri dari keterpurukan saat ini.
Berhentilah menjadi bangsa pecundang dan penghasut. Jadilah bangsa kesatria yang mampu menunjukkan jati diri sendiri bahwa kita memiliki potensi untuk membangun Indonesia ke depan menjadi lebih baik dan bermartabat. Jadikan momentum semangat lahirnya Pancasila ini sebagai spirit Pilpres 2014. Sportivitas dan persaudaraan sebagai bangsa yang besar harus kita junjung tinggi. Kecurangan dalam Pilpres harus dihindari dan ditindak tegas agar tidak melukai rasa keadilan dalam berbangsa dan bernegara. Penyelenggaraan pilpres harus dilakukan secara adil dan jujur agar tidak menjadi pemicu perpecahan persatuan bangsa. Apabila hal ini dilakukan, siapa pun yang menjadi presiden harus didukung oleh rakyat.

No comments:

Post a Comment