Saturday, August 30, 2014

REVOLUSI MENTAL MELALUI DONGENG BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DAN IT UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF










THE MENTAL REVOLUTION BY LOCAL STORY  BASED ON CHARACTERIZED EDUCATION AND IT FOR SUPPORTING CREATIVE INDUSTRY
 Umi Salamat and The team

Abstract: Creative industry is the industry which main element is creativity, expert and talent. It has potency to improve the welfare throw offering intellectual creation, one of them is story. The research is aimed at first year as follows: describe the values ​​of character education tales contained in local and non-fictional character of Indonesian children, theoretical models-based development of local creative story tale character education, and a prototype-based local tales of creative writing education character. The purpose of this study is described in the research design development model of Borg & Gall that lasted for two years budget. Based on the result of data analysis, it can be concluded that (1) prototype is resulted in the form of the story “Si Panji” which has a positive character of the deers local story and which are combined characters Indonesian which has nationalist and patriotic spirit. The story is full of characterized education value, but it is wrapped with humour, imagination, and adventure of kids aged 9-12 years, (2) prototype is resulted in the form of the comic “Si Panji”. The story is full of characterized education value, but it is wrapped with humour, imagination, and adventure of kids aged 9-12 years, (3) prototype is resulted in the form of the cartoon “Si Panji”. The story is full of characterized education value, but it is wrapped with humour, imagination, and adventure of kids aged 9-12 years

Keyword: local story, creative story,  comic, and carrtoon, characterized education, and creative industry   

Tuesday, August 26, 2014

Rasionalitas Struktur Birokrasi Menuju Indonesia Hebat: Mencermati Wacana Perampingan Kabinet Jokowi-JK,





RASIONALITAS STRUKTUR BIROKRASI MENUJU INDONESIA HEBAT:
Mencermati Wacana Perampingan Struktur Kabinet Jokowi-JK

Oleh: Umi Salamah
Akademisi dan Pengamat sosial poliitik


Rasionalisasi birokrasi yang efektif dan akuntabel merupakan kebutuhan yang sangat vital dan mendesak untuk dilakukan karena birokrasi adalah urat nadi terstruktur dalam membangun negara dan terlibat langsung dalam formulasi, implementasi dan distribusi layanan kesejahteraan kepada rakyat.  

Rasionalitas struktur birokrasi mendesak untuk dilakukan. Mengapa demikian? Mengapa tingginya APBN selama ini tidak pernah menyejahterakan rakyat? Beberapa hasil riset dan survei yang dilakukan oleh lembaga independen menemukan sejumlah permasalahan yang menghambat kemajuan sekaligus memperlambat tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia, antara lain disebabkan oleh (1) Indonesia masih merupakan negara pejabat, (2) belum efektifnya peraturan perundang-undangan, (3) pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) para PNS yang masih rendah, (4) belum terselenggaranya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, bebas KKN dan akuntabel, (5) pelayanan publik yang belum memadai, dan (6) kualitas SDM Aparatur negara yang kurang profesional. 
Indonesia masih merupakan negara pejabat karena Indonesia memiliki jumlah pejabat yang paling banyak dan paling gemuk di dunia. Apabila dibandingkan dengan negara Cina yang jauh lebih luas dengan jumlah penduduk yang sangat besar hanya memiliki 11 kementerian. Sementara itu, Australia memiliki  28 kementerian, Korea Selatan 13, Jepang 16, Malaysia 18, dan USA hanya 15. Mereka memiliki jumlah kementerian yang ramping tetapi rakyatnya lebih maju dan lebih sejahtera.  
Sementara itu, Indonesia memiliki kementrian sebanyak 34. Di samping itu, Indonesia masih memiliki pejabat nonkementrian sebanyak 30, nonstruktural 97, dan Lembaga PEMDA (Propinsi 33, kota dan kabupaten 520). Jumlah itu belum termasuk jumlah legislatif, staf ahli dan staf lainnya. Struktur politik semacam itu sangat tidak rasional, tidak efektif, dan tidak efisien karena memerlukan biaya yang sangat besar.