Friday, July 4, 2014

Renungan Ramadhan







RENUNGAN  RAMADHAN
PUASA MERUPAKAN PROSES REVOLUSI MENTAL IMAN YANG PALING EFEKTIF DAN KOMPREHENSIF: INSTROSPEKSI KAMPANYE HITAM PILPRES 2014

Oleh Umi Salamah
Akademisi dan pengamat sosial politik

Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seseorang itu bisa bertambah, bisa berkurang, bahkan bisa hilang tanpa bekas. Nah, apa yang harus kita lakukan untuk menjaga kualitas iman kita?

Puasa Ramadhan sebagai bentuk pendidikan mentalitas iman yang komprehensif
Iman di hati seseorang adalah sesuatu yang paling indah dan harus dijaga. Oleh karena itu, seseorang dapat merasakan manfaat iman yang ada di hatinya, jika ia dapat menghiasi dirinya dengan amal-amal shaleh yang nyata. Imanlah yang membuat seseorang yang berpuasa mampu tetap bertahan untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak berbuat munkar yang merugikan diri sendiri dan orang lain, padahal ia benar-benar lapar, dahaga dan memiliki hawa nafsu lainnya (syahwat, serakah, iri, dengki, dendam, amarah, dan sebagainya). Hal ini ia lakukan karena menyadari sepenuhnya akan kehadiran Allah SWT yang Maha Mengawasi seluruh aktivitasnya dimana pun dan kapan pun ia berada.

 
Sementara hakikat puasa itu tidak hanya sekedar menahan diri dari nafsu perut dan nafsu syahwat, tetapi ada yang lebih penting yaitu kemampuan mengendalikan diri dari segala keinginan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia kepada kerusakan dan kebinasaan. Oleh karena itu, tinggalkanlah dan jauhilah segala perbuatan maksiat dan kemungkaran tersebut.  Sebaliknya perbanyaklah untuk selalu berbuat ma’ruf dengan banyak berdzikir, berbuat kebajikan, menolong orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan muka yang penuh senyum.
Fenomena kompanye hitam dalam Pilpres 2014 merupakan gejala dekadensi moralitas iman bangsa yang sangat memprihatinkan. Hujatan, fitnahan, ejekan, lecehan terhadap capres, timses, bahkan antar pendukung dan simpatisan yang tidak berdasarkan kebenaran merupakan fitnah yang harus dihindari karena dapat mengikis bahkan menghapuskan keimanan kita. Menyebarkan aib saja dilarang oleh Allah apalagi memfitnah.
Marilah kita isi bulan Ramadhan ini dengan menjalankan puasa serta mengerjakaan amalan-amalan yang dapat melatih kita bersikap dan berperilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, seperti amanah, jujur, sabar, tabah, berkepedulian sosial, disiplin, adil, serta bersungguh-sungguh dan konsisten dalam melakukan setiap pekerjaan. Semua sifat terpuji tersebut merefleksikan ketinggian iman, moral, rasa solidaritas kemanusiaan dan persaudaraan yang amat dalam. Itulah sebenarnya makna puasa sebagai bentuk pendidikan mentalitas iman yang komprehensif.

Puasa Ramadhan sebagai proses revolusi mental iman
Orang yang beriman sangat yakin bahwa pelanggaran terhadap ketentuan yang sudah digariskan Islam akan mendapatkan dosa dan azab yang berlibat ganda,. Sebaliknya kemauan untuk melaksanakan sesuai dengan ketentuan akan mendapatkan pahala dan kebahagiaan yang sangat besar. Keyakinan yang demikian ini jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pemimpin negara sampai rakyat kecil akan membuat kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat indah, makmur, dan sejahtera.
Pemimpin yang beriman akan selalu menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan amanat undang-undang dasar dan ideologi Negara. Sementara rakyat yang beriman juga mudah untuk mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pemerintahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya,Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, tentu akan Kami bukakan buat mereka pintu-pintu kemakmuran dan kesejahteraan dari langit dan dari bumi. Tetapi sayang, mereka itu mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami turunkan bencana kepada mereka karena kesalahan mereka  (QS. Al A’raf 96).
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memberikan dua pilihan kepada kita, (1) apakah kita menjadi bangsa yang dikutuk dengan berbagai bencana karena telah mendustakan ayat-ayat Allah, seperti menyebar fitnah, aib, hujatan, ejekan, dan nafsu amarah lainnya kepada masing-masing capres dan cawapres kita, ataukah (2) kita sebagai bangsa yang dibukakan pintu-pintu kemakmuran dan kesejahteraan dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam mengisi ibadah puasa bulan ramadhan yang penuh berkah dan ampunan ini. 
Apabila terjadi permasalahan hukum terhadap Capres dan Cawapres yang sedang  berkompetisi, biarlah diselesaikan secara hukum oleh institusi yang berwewenang. Namun berkaitan dengan kebaikan, tidak sepatutnya kita menilai berdasarkan persepsi masing-masing. Karena kebaikan itu bukan barang sepuhan, bukan pula kepura-puraan. sehingga kita perlu mempertahankan dan menjaganya. “Tidak ada kebaikan kecuali di jalan kebenaran, dan tidak dikatakan kebenaran kalau tidak melahirkan kebaikan.” (QS:2:186), Itulah yang diinginkan Allah terhadap orang-orang yang menjalani Ramadan agar kita selalu berada di jalan yang benar, yaitu jalan yang diridloi oleh Allah.
Jadi agar kita selalu berada di jalan kebenaran, maka gunakanlah modal taqwa dan cara ikhtiar yang benar sambil meningkatkan rasa syukur agar Allah SWT selalu menambahkan petunjuk dan nikmat-Nya kepada kita.
Sebagai bangsa Indonesia, kita adalah saudara apalagi sesama muslim. Tidak pantas apabila kita saling bercerai-berai dan bermusuhan yang disebabkan oleh perbedahan pilihan. Sikap fanatisme yang berlebihan dapat menyebabkan perpecahan. Siapa pun yang akan menang, salah satunya pasti akan menjadi presiden kita. Seandainya orang yang kita fitnah, yang kita benci, dan yang kita lecehkan itu ternyata menang dan menjadi presiden, apakah kita lantas berperang atau tidak mau menjadi rakyat Indonesia? Itu sangat berlebihan. Allah sangat membenci orang-orang yang berlebihan.
Marilah di bulan yang penuh berkah dan rahmat ini kita lakukan revolusi mentalitas iman kita dari sikap mental yang kurang terpuji menjadi sikap mental yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan, kejujuran, kebijaksanaan, keadilan, dan kelegawaan. Lebih baik kita berbicara tentang kreativitas, produktivitas, kapabilitas, dan cara merealisasikan program masing-masing capres yang kita dukung daripada mencelanya. Memuji idolanya itu hal yang wajar tetapi memfitnah rival idola kita itu sangat tidak terpuji. Jangan sampai iman kita berkurang apalagi lenyap hanya gara-gara berbeda pilihan. Mengingat keberadaan bangsa Indonesia yang sangat plural dan multikultural, maka menjaga ukhuwah persaudaraan sebagai bangsa yang bermartabat dan bermaslahat, menjadi sebuah keniscayaan.

No comments:

Post a Comment