Menciptakan “Common enemy” untuk Membebaskan
Indonesia dari Penjajahan Koruptor: Dalam Rangka
Menghargai Jasa Pahlawan
Oleh Umi Salamah
Kami
cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan ...
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan ...
Berikan
kami arti (Chairil Anwar)
Menciptakan “Common
enemy” (Musuh Bersama) untuk melawan penjajah
Kemerdekaan negara Indonesia ini tidak diberikan cuma-cuma oleh penjajah.
Perjalanan yang sangat panjang untuk merebut kemerdekaan, demi kedaulatan
sebagai sebuah bangsa yang merdeka dilakukan dengan pengorbanan darah dan
nyawa. Selama 350 tahun dijajah oleh
Belanda dan 3,5 tahun dijajah oleh Jepang, bangsa Indonesia telah diperbudak
oleh penjajah. Pemiskinan, penderitaan, pembunuhan, penyiksaan, pembuangan, dan
pengasingan, telah dialami oleh bangsa Indonesia selama ratusan tahun. Dan
selama itu pula para founding fathers
(pendiri) bangsa Indonesia berjuang melawan penjajah.
Berbagai cara telah
dilakukan, secara sporadis untuk melawan penjajah. Perang pun berkobar di
mana-mana. Akan tetapi perlawanan itu belum memiliki makna apa-apa sampai pada
akhirnya dicetuskan organisasi Budi Utomo yang sekarang diperingati sebagai
hari kebangkitan Indonesia. Organisasi yang dimotori para mahasiswa dan pelajar
Indonesia yang terhimpun dalam Perhimpunan
Indonesia hingga diikrarkannya Sumpah
Pemuda sebagai tonggak pembentukan “Common enemy” (Musuh Bersama) untuk
melawan Penjajah.
Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa didukung oleh seluruh
rakyat Indonesia bergerak bersama untuk melawan dan mengusir penjajah dari bumi
Indonesia. Dengan menciptakan musuh bersama yakni penjajah (Belanda dan Jepang),
mereka pantang menyerah. Dengan seluruh kekuatan jiwa dan raga, dengan
diplomasi dan angkat senjata, mereka berjuang demi kedaulatan bangsa. Dan
dengan keberanian dan semangat kesatuan seluruh eleman bangsa, kemerdekaan
bangsa Indonesia ini dapat direbut dari penjajah. Apakah kita, para pemuda, mahasiswa, dan pelajar, saat ini dapat memaknai
arti pengorbanan para pahlawan? Apakah kita memiliki keberanian untuk mengisi
kemerdekaan sesuai dengan cita-cita pendiri kemerdekaan? Ataukah kita
membiarkan perjuangan para pahlawan tanpa makna atau sia-saia belaka?
“Common enemy” (Musuh Bersama) Kita saat ini adalah Koruptor
Koruptor merupakan sumber dari
munculnya berbagai masalah yang menimpa bangsa Indonesia. Makin maraknya kapitalis menjadi raja di negeri ini, makin
meluasnya jaringan narkoba, makin beraninya kepala daerah menjual aset kekayaan
negara berupa sumberdaya alam, makin tumpulnya kepekaan pejabat terhadap
penderitaan rakyat, dan makin suburnya penyimpangan moral oleh pejabat, semua
bersumber dari korupsi.
Terlebih lagi makin tidak tegasnya pemerintah dalam menjerat para koruptor.
Ini merupakan contoh buruk bagi pendidikan karakter generasi muda bangsa
Indonesia saat ini dan masa yang akan datang. Apalagi seluruh bangsa Indonesia
menyaksikan tidak adanya hukuman yang berarti bagi koruptor. Para penegak hukum
pun menjadi sangat fleksibel dalam menangani kasus korupsi. Bahkan pimpinan
lembaga hukum tertinggi, Mahkamah Konstitusi pun, terjerat kasus kopupsi.
Korupsi di negeri ini pada saat ini memang merupakan sarana untuk memperoleh
kekayaan secara instan. Cepat kaya dan kalau tertangkap hukumannya
ringan-ringan saja. Sampai-sampai Taufiq Ismail menyindir lewat puisinya “Di
negeri tetangga koruptor dipotong lehernya, di negeriku, koruptor dipotong masa
tahanannya.” Jika hal ini dibiarkan, maka generasi muda bangsa kita akan
menirukan perilaku koruptor. Nilai nasionalisme terus bergeser ke nilai
pragmatisme. Setiap orang akan selalu menggunakan setiap kesempatan untuk
korupsi. Apabila ini tidak segera diperangi, di masa yang akan datang,
Indonesia hanya tinggal nama. Mampukan bangsa Indonesia saat ini merebut
kembali Indonesia untuk kedaulatan dan kemakmuran Bangsa Indonesia?
Bung Karno pernah mengatakan bahwa “Ke depan musuh besarmu adalah bangsamu
sendiri, sulit diketahui karena kulitnya sama dengan kamu”. Sesulit apa pun,
kalau ada kemauan pasti ada jalan. Pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma. Apabila dulu, musuh kita adalah bangsa asing
dengan senjata yang sangat canggih dibanding dengan senjata para pemuda Indonesia,
namun berkat semangat kesatuan dan keberanian dalam memerangi musuh bersama (common enemy) kita bisa merdeka.
Sekarang musuh kita adalah bangsa sendiri yang memiliki uang banyak sekali.
Sanggupkah kita melawan para koruptor sebagai musuh bersama juga dengan
keberanian dan semangat kesatuan. Bersambung bagian 2.
Umi Salamah: Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia IKIP Budi Utomo Malang dan Dosen Universitas Brawijaya
No comments:
Post a Comment