Sunday, November 3, 2013

Menciptakan “Common enemy”, KORAN TEROPONG EDISI 4-10 NOVEMBER 2013



 










Menciptakan “Common enemy” untuk Membebaskan Indonesia dari Penjajahan Koruptor: Dalam Rangka Menghargai Jasa Pahlawan


Oleh Umi Salamah
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
...
Berikan kami arti  (Chairil Anwar)

Menciptakan “Common enemy” (Musuh Bersama) untuk melawan penjajah
Kemerdekaan negara Indonesia ini tidak diberikan cuma-cuma oleh penjajah. Perjalanan yang sangat panjang untuk merebut kemerdekaan, demi kedaulatan sebagai sebuah bangsa yang merdeka dilakukan dengan pengorbanan darah dan nyawa.  Selama 350 tahun dijajah oleh Belanda dan 3,5 tahun dijajah oleh Jepang, bangsa Indonesia telah diperbudak oleh penjajah. Pemiskinan, penderitaan, pembunuhan, penyiksaan, pembuangan, dan pengasingan, telah dialami oleh bangsa Indonesia selama ratusan tahun. Dan selama itu pula para founding fathers (pendiri) bangsa Indonesia berjuang melawan penjajah.

 Berbagai cara telah dilakukan, secara sporadis untuk melawan penjajah. Perang pun berkobar di mana-mana. Akan tetapi perlawanan itu belum memiliki makna apa-apa sampai pada akhirnya dicetuskan organisasi Budi Utomo yang sekarang diperingati sebagai hari kebangkitan Indonesia. Organisasi yang dimotori para mahasiswa dan pelajar Indonesia yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia hingga diikrarkannya Sumpah Pemuda sebagai tonggak pembentukan Common enemy” (Musuh Bersama) untuk melawan Penjajah.
Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa didukung oleh seluruh rakyat Indonesia bergerak bersama untuk melawan dan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Dengan menciptakan musuh bersama yakni penjajah (Belanda dan Jepang), mereka pantang menyerah. Dengan seluruh kekuatan jiwa dan raga, dengan diplomasi dan angkat senjata, mereka berjuang demi kedaulatan bangsa. Dan dengan keberanian dan semangat kesatuan seluruh eleman bangsa, kemerdekaan bangsa Indonesia ini dapat direbut dari penjajah. Apakah kita, para pemuda, mahasiswa, dan pelajar, saat ini dapat memaknai arti pengorbanan para pahlawan? Apakah kita memiliki keberanian untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan cita-cita pendiri kemerdekaan? Ataukah kita membiarkan perjuangan para pahlawan tanpa makna atau sia-saia belaka?

Common enemy”  (Musuh Bersama) Kita  saat ini adalah Koruptor
            Koruptor merupakan sumber dari munculnya berbagai masalah yang menimpa bangsa Indonesia. Makin maraknya  kapitalis menjadi raja di negeri ini, makin meluasnya jaringan narkoba, makin beraninya kepala daerah menjual aset kekayaan negara berupa sumberdaya alam, makin tumpulnya kepekaan pejabat terhadap penderitaan rakyat, dan makin suburnya penyimpangan moral oleh pejabat, semua bersumber dari korupsi.
Terlebih lagi makin tidak tegasnya pemerintah dalam menjerat para koruptor. Ini merupakan contoh buruk bagi pendidikan karakter generasi muda bangsa Indonesia saat ini dan masa yang akan datang. Apalagi seluruh bangsa Indonesia menyaksikan tidak adanya hukuman yang berarti bagi koruptor. Para penegak hukum pun menjadi sangat fleksibel dalam menangani kasus korupsi. Bahkan pimpinan lembaga hukum tertinggi, Mahkamah Konstitusi pun, terjerat kasus kopupsi. Korupsi di negeri ini pada saat ini memang merupakan sarana untuk memperoleh kekayaan secara instan. Cepat kaya dan kalau tertangkap hukumannya ringan-ringan saja. Sampai-sampai Taufiq Ismail menyindir lewat puisinya “Di negeri tetangga koruptor dipotong lehernya, di negeriku, koruptor dipotong masa tahanannya.” Jika hal ini dibiarkan, maka generasi muda bangsa kita akan menirukan perilaku koruptor. Nilai nasionalisme terus bergeser ke nilai pragmatisme. Setiap orang akan selalu menggunakan setiap kesempatan untuk korupsi. Apabila ini tidak segera diperangi, di masa yang akan datang, Indonesia hanya tinggal nama. Mampukan bangsa Indonesia saat ini merebut kembali Indonesia untuk kedaulatan dan kemakmuran Bangsa Indonesia?
Bung Karno pernah mengatakan bahwa “Ke depan musuh besarmu adalah bangsamu sendiri, sulit diketahui karena kulitnya sama dengan kamu”. Sesulit apa pun, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma.    Apabila dulu, musuh kita adalah bangsa asing dengan senjata yang sangat canggih dibanding dengan senjata para pemuda Indonesia, namun berkat semangat kesatuan dan keberanian dalam memerangi musuh bersama (common enemy) kita bisa merdeka. Sekarang musuh kita adalah bangsa sendiri yang memiliki uang banyak sekali. Sanggupkah kita melawan para koruptor sebagai musuh bersama juga dengan keberanian dan semangat kesatuan. Bersambung bagian 2.
 

Umi Salamah: Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Budi Utomo Malang dan Dosen Universitas Brawijaya


 

No comments:

Post a Comment