RAMADHAN
DAN EFISIENSI PENDIDIKAN KARAKTER
Umi
Salamah
Ketua Prodi PBSI IKIP Budi Utomo Malang
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي
بعده، أما بعد
Perintah puasa sesungguhnya hanya ditujukan kepada
orang-orang yang beriman. Oleh karena itu tidak ada kewajiban bagi orang yang
tidak beriman untuk berpuasa. Hal ini dipertegas oleh firman Allah yang artinya
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa (QS. Al Baqarah:1983). Ayat ini tidak sekedar perintah untuk
berpuasa bagi orang-orang beriman tetapi juga merupakan pendidikan toleransi
yang sangat indah. Orang berpuasa yang dilandasi dengan iman tidak sekedar
menahan lapar dan dahaga selama imsak sampai maghrib, tetapi juga diwajibkan
untuk mengendalikan diri dari berbagai nafsu yang merugikan diri sendiri dan
orang lain. Untuk itu Allah menyediakan pahala dan kebahagiaan yang sangat
besar bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Itulah sebabnya setiap orang mukmin selalu berharap dapat
bertemu dengan bulan ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat, barakah,
kemuliaan, dan ampunan. Mengapa demikian? Ternyata puasa ramadhan memiliki
rahasia dan hikmah yang sangat banyak untuk membetuk karakter manusia menjadi
lebih baik dan bertaqwa. Pembentukan karakter yang dilandasi dengan ketaqwaan
kepada Allah akan mendatangkan perdamaian dan kemaslahatan (manfaat) bagi
kehidupan manusia. Di antara rahasia dan hakikat puasa Ramadhan adalah membiasakan kita bersikap
jujur, konsisten, dan ikhlas, disiplin dan sungguh-sungguh, memiliki kepekaan
sosialyang tinggi, memiliki keseimbangan kecerdasan emosional dan spiritual,menjaga
keseimbangan kesehatan jasmani dan rahani, dan selalu bersyukur kepada Allah.
Puasa Ramadhan membiasakan bersikap
jujur, konsisten, dan ikhlas
Dimulai
dari niat, puasa ramadhan telah mengajarkan kepada kita untuk bersikap jujur, konsisten, dan ikhlas menjalankan puasa,
dengan keyakinan semua yang dilakukan karena Allah.
Aplikasi niat dalam melakukan
puasa adalah agar puasa yang dilakukan tidak sia-sia. Oleh karena itu, niat
menjadi sangat penting karena makna niat sebenarnya tidak hanya sebatas maksud,
melainkan puasa yang dilakukan harus bersandar dengan ketentuan yang sudah
digariskan oleh Islam. Di sinilah diperlukan kejujuran, konsistensi, dan
keikhlasan terhadap aturan/ketentuan yang telah digariskan oleh Islam. Bagi
orang yang beriman sangat yakin pelanggaran terhadap ketentuan akan mendapatkan
dosa dan azab yang berlipat ganda. Sebaliknya kemauan untuk melaksanakan sesuai
dengan ketentuan akan mendapatkan pahala dan kebahagiaan yang sangat besar. Sifat
yang demikian ini jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari
pemimpin negara sampai rakyat kecil akan membuat kehidupan berbangsa dan
bernegara menjadi sangat indah, makmur, dan sejahtera. Para pemimpin jujur dan
konsisten menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan amanat undang-undang
dasar dan ideologi negara, sementara rakyat juga mudah diatur karena ikhlas
mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dipertegas oleh firman Allah dalam Al Quranul yang artinya “Kalau sekiranya penduduk negeri itu
beriman dan bertaqwa, tentu akan Kami bukakan buat mereka pintu-pintu
kemakmuran dan kesejahteraan dari langit dan dari bumi. Tetapi sayang mereka
itu mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami turunkan bencana kepada mereka karena
kesalahan mereka (QS. Al A’raf 96). Jadi
marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan berpuasa sesuai dengan niat dan
ketentuan syariat agar kemakmuaran dan kesejahteraan dibukakan untuk bangsa
kita. Amin.
Puasa Ramadhan sebagai cara untuk
menguatkan jiwa dan raga.
Nafsu merupakan pendorong bagi manusia untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi
orang yang hidupnya didominasi oleh nafsu, akan selalu menuruti apapun yang
menjadi keinginannya meskipun keinginan itu adalah bathil dan merugikan orang
lain. Manusia yang kalah dalam mengendalikan
nafsu, akan mengalihkan penuhanannya
dari Allah SWT kepada nafsu yang cenderung mengarahkan pada kesesatan. Jika
nafsu menguasai manusia, akan menimbulkan perilaku yang merugikan masyarakat,
seperti syirik, korupsi, manipulasi, kekerasan, penipuan, perusakan sumber daya
alam, dan penyimpangan moral lainnya. Oleh karena itulah, melalui puasa
Ramadhan, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk mengendalikan
nafsunya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan
terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.
Orang yang berhasil mengendalikan diri dari nafsunya,
hidupnya akan tenang, tentram, damai, sejahtera, bahagia, dan selamat dunia dan
akhirat, serta selalu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Apabila ibadah
puasa yang dilaksanakan dengan baik dan benar akan membuat manusia berhasil
mengendalikan nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat. Bahkan manusia akan
memperoleh derajat tinggi yang segala doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Selain
itu, puasa Ramadhan yang dilaksanakan dengan baik dan benar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan
oleh Rasulullah SAW, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter dan
ahli-ahli kesehatan dunia yang tidak perlu diragukan lagi. Mereka berkesimpulan
bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja
memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan. Di
samping itu. isi perut yang sehat harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara. Dengan puasa, komposisi
isi perut menjadi teratur, sehingga berbagai penyakit dapat dicegah. Selain
itu, dengan puasa secara benar, kita akan menghindari makanan yang haram, baik
haram asal-usulnya maupun haram wujudnya. Dengan berpuasa badan menjadi sehat
dan kuat, sehingga ibadah kepada Allah dapat dilakukan dengan maksimal. Inilah
hikmah puasa yang sangat besar, yang tujuan utamanya ialah menentang segala
macam yang tidak baik, kemaksiatan dan kemungkaran. Juga untuk mematahkan
kehendak nafsu agar jiwa menjadi kuat untuk melaksanakan ketaqwaan kepada Allah
SWT.
Indahnya Kebersamaan di Bulan Ramadhan.
Di berbagai lembaga pendidikan, instansi, dan masyarakat berlomba-lomba untuk
melaksanakan kegiatan ramadhan bersama-sama, mulai dari buka puasa bersama, menyantuni anak yatim, dan
menyantuni orang miskin. Salah satu fenomena yang menarik adalah kerukunan umat
Islam di Sydney Australia. Kebersamaan
umat muslim dari berbagai negara telah menghasilkan ukhuwah yang sangat baik.
Penggalangan dana untuk mewujudkan sebuah masjid diperoleh dalam waktu yang
sangat singkat. Belum sampai separuh bulan Ramadhan sudah mencapai 1,2 milyar
dolar Australia. Kebersamaan yang dijalin tidak sekedar buka puasa bersama,
tetapi lebih dari itu yaitu untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan umat.
Kepedulian semacam ini jika dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari maka
perdamaian dan kesejahteraan umat Islam di dunia dapat diwujudkan dengan mudah.
Subhanallah jika ini dilaksanakan di Indonesia yang mayoritas penduduknya umat
Islam, betapa mudah membangun bangsa melalui pilar ketaqwaan. Ini semua
merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufiq Allah dalam
menjalani puasa Ramadhan.
Meningkatnya
kepekaan sosial di bulan suci Ramadhan. Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada
kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Pengalaman lapar
dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir ketika kita berbuka puasa. Sementara
penderitaan fakir miskin atau yang sedang tertimpa bencana entah kapan akan
berakhir. Dengan puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita
kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih
belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Aceh dan di
berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia
seperti Mesir, Suriah, dan lainnya.
Membantu fakir miskin, mengentaskan anak yatim merupakan
salah satu wujud syukur. Rasa syukur itu akan membuat nikmat kita bertambah
banyak, sebagaimana Allah SWT berfirman:“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku,
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim, 14:7). Sebagai
bentuk syukur, marilah kita tingkatkan rasa solidaritas kita, baik selama bulan
suci Ramadhan maupun di luar bulan suci Ramadhan agar peningkatan kualitas umat
dapat diwujudkan.
No comments:
Post a Comment