PESTA DEMOKRASI DI JAWA TIMUR
WASPADAI GERAKAN KAPITALIS, GUNAKAN
HATI DAN KONTRAK POLITIK
Oleh Umi
Salamah
Kamis, 29 Agustus pesta
demokrasi di Jawa Timur akan di gelar. Siapa yang diuntungkan? Rakyat atau
kandidat? Tidak ada yang gratis dan tidak ada yang tanpa pamrih dalam pesta
demokrasi ini. Hati-hati dengan pemberian cuma-cuma dari kandidat Gubernur dan
Wakil Gubernur, baik berupa uang maupun sembako. Uang yang dibagikan kepada
rakyat akan diambil kembali oleh pemilik modal (kapitalis) dengan berlipat ganda
dengan cara menguasai sumber daya daerah. Ini akan membuat rakyat semakin susah
dan semakin menderita. Kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur tidak akan memihak
kepada rakyat tetapi kepada kapitalis yang mendanai pilkada. Oleh karena itu cermati, kenali dan pahami dengan baik
setiap kandidat yang mempersiapkan diri menjadi Gubernur/Wakil Gubernur di Jawa
Timur dengan baik. Apakah mereka memang
benar-benar berhak dan pantas menduduki posisi tersebut? Hal ini sangat penting, agar rakyat Jawa Timur
tidak salah memilih gubernur dan wakil gubernur.
Waspadai gerakan kapitalis, pilih
dengan hati nurani dan kontrak politik
Menjelang Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur, pasti ada kegiatan yang
melanggar undang-uandang dan peraturan pemilukada yang dilakukan oleh para
kandidat Cagub dan Cawagub beserta tim suksesnya. “Blusukan” dengan “iming-iming”
janji dan pemberian santunan merupakan cara bagi mereka untuk memikat hati
rakyat sebagai pemilih. Bahkan “serangan fajar” yang dilakukan dini hari menjelang
pencoblosan dengan bagi-bagi uang atau sembako merupakan cara bagi mereka untuk
menang. “Ingat tidak ada yang gratis dan tanpa pamrih”.
Sudah
waktunya rakyat mengetahui bahwa yang mereka bagi-bagikan itu berasal dari
kapitalis. Akibatnya, kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur
justru menyengsarakan rakyat dan menguntungkan kapitalis. Fenomena pembakaran
pasar tradisional dan perumahan rakyat kecil untuk mall, pertokoan elit, hotel,
dan lain-lain merupakan salah satu bentuk keberpihakaan pemerintah daerah
terhadap kapitalis.
Masyarakat Jawa Timur sebagai
pemegang kedaulatan di Jawa Timur ini, sudah seharusnya memahami dan menyadari,
bahwa sesungguhnya kitalah yang menjadi penentu utama mengenai: “Siapa saja
orang-orang yang berhak dan pantas menduduki posisi sebagai Gubernur/ Wakil
Gubernur sekaligus sebagai penentu utama: “Mau seperti apa dan mau dibawa
kemana Jawa Timur ini di masa depan?”
Di
samping itu, sudah saatnya rakyat memilih berdasarkan kontrak politik dan hati
nurani. Dengan kontrak politik, kita memiliki hak dan wewenang untuk mengontrol
kinerja kepala daerah. Dengan hati nurani kita dapat menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur yang berakhlak mulia, memahami
penderitaan yang masih dialami oleh masyarakat Jawa Timur, dan mempunyai
kesadaran serta tekad yang kuat untuk mewujudkan amanah konstitusi Indonesia,
sebagaimana yang amanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945.
Hindari Kecurangan dan konflik
Kecurangan
dan isu sara rentan memicu konflik. Kecurangan tidak hanya dilakukan oleh tim
sukses masing-masing cagub dan cawabub, bahkan KPU kadang-kadang juga memihak
kepada salah satu kandidat cagub atau cawagub tertentu. Waspadai setiap bentuk
kecurangan dan isu yang memicu konflik dengan kearifan dan ketenangan emosional
serta kerjasama untuk saling membantu memantau pelaksanaan pemilukada sampai
penghitungan suara agar tidak terjadi kecurangan. Jangan mudah terpancing emosi
dan diadudomba karena kita adalah saudara.
Kandidat harus siap kalah dan siap
menang
Kesempatan untuk menjadi Calon Gubernur/Wakil Gubernur adalah hak setiap
warga negara. Meskipun demikian, tidak semua memiliki kesempatan yang sama
untuk menduduki posisi tersebut, karena proses politik menuju posisi tersebut
sarat dengan praktik
yang kadang-kadang tidak lagi menempatkan nilai-nilai moral, etika serta
kesadaran atas amanah kemerdekaan dan amanah konstitusi Indonesia sebagai
pondasi utama yang melandasi kesadaran dan ikhtiar mereka sebagai calon.
Semua calon Gubernur/Wakil
Gubernur pasti menginginkan Jawa Timur lebih maju dan lebih berkeadilan sosial
dari sbelumnya. Semua pasti ingin mengemban amanah konstitusi, sebagaimana yang
amanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Oleh
karena itu, siapa pun yang menang adalah pilihan rakyat, yang harus didukung
oleh semua pihak termasuk kandidat yang tidak terpilih. Negara kita adalah negara hukum. Apabila
terjadi ketidakpuasan dalam proses pemilihan dapat diselesaikan melalui jalur hukum
bukan memanfaatkan masyarakat untuk
menciptakan konflik yang tidak sehat.
Semoga Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur yang akan dilaksanakan pada 29 Agustus 2013 berlansung secara
damai, jujur, dan transparan agar kita benar-benar menjadi masyarakat yang yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan dan menghormati hak dasar setiap warga masyarakat Jawa Timur. Amiiin
ya Allah ya Rabbal alamin.
No comments:
Post a Comment