Rahasia dan
Hikmah Ramadhan:
Indahnya
Kebersamaan dan Meningkatnya Kepekaan Sosial
Oleh Umi Salamah
Dalam hadits Nabi SAW, digambarkan kondisi dua golongan yang
saling bertolak belakang dalam berpuasa bulan Ramadhan, yaitu (1) golongan
pertama adalah orang yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan
mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni dan (2) golongan
kedua adalah orang berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga (HR.
Bukhari dan Muslim). Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung
dengan usaha kita dan taufiq dari Allah taala.
Bulan Ramadhan merupakan momentum agung yang sarat dengan
keistimewaan untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. Salah satu hikmah
ramadhan yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari adalah indahnya
kebersamaan dan meningkatnya kepekaan sosial. Apabila dua perilaku ini terus
mengalirkan energi pada seluruh umat, betapa mudah Indonesia bangkit dari
keterpurukannya. Gotong royong membangun bangsa dan negara, dan saling
tolong-menolong dalam segala bidang yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa
seutuhnya, niscaya akan memangkas tali ketergantungan kepada pihak asing,
mengikis tradisi korupsi, melibas kemunafikan, dan merontokkan penyimpangan
moral lainnya.
Indahnya Kebersamaan di Bulan Ramadhan.
Kita selalu berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan
supaya diberikan kemudahan untuk beramal di dalamnya. Di berbagai lembaga
pendidikan, instansi, dan masyarakat berlomba-lomba untuk melaksanakan kegiatan
ramadhan bersama-sama, mulai dari buka puasa
bersama, menyantuni anak yatim, dan menyantuni orang miskin.
Di Sydney Australia
kebersamaan umat muslim dari berbagai negara telah menghasilkan ukhuwah yang
sangat baik. Penggalangan dana untuk mewujudkan sebuah masjid diperoleh dalam
waktu yang sangat singkat. Belum sampai separuh bulan Ramadhan sudah mencapai
1,2 milyar dolar Australia. Kebersamaan yang dijalin tidak sekedar buka puasa
bersama, tetapi lebih dari itu yaitu untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan
umat. Kepedulian semacam ini jika dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari maka
perdamaian dan kesejahteraan umat Islam di dunia dapat diwujudkan dengan mudah.
Subhanallah jika ini dilaksanakan di Indonesia yang mayoritas penduduknya umat
Islam, betapa mudah membangun bangsa melalui pilar ketaqwaan. Ini semua
merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufiq Allah dalam
menjalani puasa Ramadhan.
Meningkatnya
kepekaan sosial di bulan suci Ramadhan. Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada
kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Pengalaman lapar
dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir ketika kita berbuka puasa. Sementara
penderitaan fakir miskin atau yang sedang tertimpa bencana entah kapan akan
berakhir. Dengan puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita
kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih
belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Aceh dan di
berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia
seperti Mesir, Suriah, dan lainnya.
Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan
yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai
mensyukurinya. Dengan puasa, manusia disuruh merasakan langsung betapa besar
nikmat yang Allah berikan kepada kita. Membantu fakir miskin, mengentaskan anak
yatim merupakan salah satu wujud syukur. Rasa syukur itu akan membuat nikmat kita
bertambah banyak, sebagaimana Allah SWT berfirman:“… Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari
nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim, 14:7). Sebagai
bentuk syukur, marilah kita tingkatkan rasa solidaritas kita, baik selama bulan
suci Ramadhan maupun di luar bulan suci Ramadhan agar peningkatan kualitas umat
dapat diwujudkan.
No comments:
Post a Comment