Tuesday, July 2, 2013

In Memorial Taufiq Kiemas Tokoh Gerakan Neopatrionalis: Penerus Cita-cita Pendiri Bangsa dan Negara Indonesia



In Memorial Taufiq Kiemas
Tokoh Gerakan Neopatrionalis:
Penerus Cita-cita Pendiri Bangsa dan Negara Indonesia
Penulis Umi Salamah

Sang Tokoh "Seorang Taufiq Kiemas telah meninggal, namun idenya tidak. Kita berkepentingan menjaga ide itu tetap hidup," ini pernyataan dari beberapa tokoh yang terpanggil untuk meneruskan cita-cita pendiri bangsa Indonesia’. Kita berharap agar ide Beliau itu tidak hanya hidup tetapi menjadi nyata. Gugur satu tumbuh seribu. Belum banyak yang tahu tentang sosok Taufiq Kiemas sebelum beliau wafat, kecuali di internal kader PDIP dan beberapa sahabat saja. Kini hampir seluruh rakyat Indonesia tahu betapa besar peran Taufiq Kiemas dalam meneruskan tongkat komando Bung karno sebagai tokoh pendiri bangsa. Ada yang unik dari sosok kedua tokoh ini. Jika di zaman revolusi, Bung Karno menerapkan prinsip “satu ranjang dengan mimpi yang berbeda” untuk mencapai kemerdekaan, Taufiq Kiemas menerapkan prinsip “mimpi yang sama walau di ranjang yang berbeda” untuk meneruskan cita-cita pendiri bangsa. Cita-cita besar yang ingin diwujudkannya adalah terwujudnya bangsa yang besar, adil, makmur, dan terhormat di dunia. Melalui empat pilar kebangsaan yang digagasnya, Taufiq Kiemas berjuang mengi-mplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah yang penulis sebut Beliau sebagai tokoh besar Nasionalisme dan Patriotisme baru atau Neopatrionalis yang sejati.
Sosok sederhana dan santun  namun memiliki jiwa negarawan yang besar dan berhati mulia

Empat Pilar Kebangsaan penerus Tongkat Komando Bungkarno
            Sejak sebelum revolusi hingga kini hanya sedikit bangsa kita yang menyadari bahwa kita perlu merdeka.  Hanya orang-orang yang tercerahkan itulah yang mengelola proses itu sampai mencapai kemerdekaan. Bagaimana mereka menggerakkan masyarakat untuk mencapai kemerdekaan itu? Bung Karno mengatakan bangsa yang besar dan terhormat hanya dapat dicapai melalui persatuan nasional yang berlandaskan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Berdasarkan prinsip tersebut, secara politis, para pemimpin gerakan kemerdekaan Indonesia telah meletakkan sikap dasar bagi kepentingan nasional bukan kepentingan golongan, partai, atau pun daerah apalagi kepentingan pribadi. Sikap dasar itu telah dirumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945. Pada masa itu semua pejabat negara tidak ada yang memperkaya kelompok dan diri sendiri. Mereka benar-benar berjuang untuk kebesaran dan kejayaan negara. Seorang Jendral besar seperti Ahmad Yani pun belum memiliki rumah sampai beliau wafat. Hal itu sangat ironis dengan kondisi saat ini. Seorang Jendral memiliki rumah dan mobil mewah bertebaran di mana-mana. Bahkan seorang ketua partai politik yang tidak memiliki jabatan pun bisa memiliki kekayaan yang sangat besar, meskipun sebelumnya hanya rakyat biasa dengan materi yang terbatas.
            Sementara itu, Taufiq Kieamas mengatakan bangsa besar dapat dicapai melalui empat pilar kebangsaan yang disosialisasikan oleh Taufiq Kiemas berupa Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan cita-cita pendiri bangsa jika dilaksanakan secara konsisten.  Beliau berusaha menegakkan kembali tongkat komando Bung Karno dan mewujudkannya melalui sikap dan perilaku dalam berorganisasi, berbangsa, dan bernegara. Beliau merangkul siapa saja, dari golongan apa saja, dari partai apa saja, bahkan tidak peduli koalisi ataupun oposisi. Demi terwujudnya NKRI dan tercapainya cita-cita pendiri bangsa, kita boleh berbeda tetapi tujuannya sama untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa dan negara. Tentu saja tanpa didukung oleh semua elemen masyarakat, cita-cita dan perjuangan Taufiq Kiemas tidak berarti apa-apa. Dalam hal ini peran media masa menjadi sangat penting sebagai penyambung lidah masyarakat.
Dengan diberitakannya sosok dan cita-cita Taufiq Kiemas melalui media massa, masyarakat banyak yang terhenyak dari tidur panjangnya. Masyarakat yang sudah hampir mati suri semangat kebangsaannya, kini seperti dipompa kembali. Banyaknya tokoh yang siap melanjutkan dan mewujudkan ide besar beliau, memberikan semangat pada rakyat untuk ikut berpartisipasi membangun negeri melalui empat pilar kebangsaan yang dicanangkan beliau. Mudah-mudahan pernyataan pemimpin dan para tokoh politik ini tidak hanya indah dibibir saja tetapi benar-benar diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar gerakan ini dapat mengantar Bangsa Indonesia keluar dari keterpurukannya selama ini. 

Tampak akrab dan semangat dengan Bapak SBY meskipun berada pada partai yang beroposisi
           
Sisi menarik dari Taufiq Kiemas dan Bung Karno dalam Memperjuangkan Bangsa
Bung Karno merupakan sosok tokoh yang sangat cerdas dalam menggerakkan revolusi Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya.  Beliau sangat cepat dalam merespon percaturan politik internasional. Prinsip-prinsip menentukan hak nasib sendiri yang tercantum dalam piagam Atlantik, yang ditanda tangani oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchil pada tanggal 14 Agustus 1941, meski tujuan sebenarnya hanya untuk mengamankan dunia bagi demokrasi negara sekutu yang sedang berperang melawan kediktatoran Nazi Jerman, Negara fasis Italia, dan militeris Jepang, tetapi oleh Beliau dijadikan dasar untuk menentukan nasib Bangsa Indonesia sendiri.
Bermula dari ketidakpercayaan politik di kalangan luas orang-orang Indonesia yang sebelumnya loyal dan memiliki kepercayaan kepada maksud-maksud baik pemerintah Belanda, akhirnya membangkitkan kesadaran para pejuang kemerdekaan dengan menganggap bahwa kemerdekaan penuh hanya didapat berdasarkan kemampuan diri sendiri, dan dengan bersandarkan pada kekuatan sendiri. Di sinilah terjadinya mimpi yang berbeda antara Belanda dan pejuang Indonesia. Dengan mengakomodasi partai-partai yang kooperatif dalam bentuk “Indonesia berparlemen” dan dibentuknya panitia Visman oleh Belanda dengan tujuan agar tidak terjadi gejolak politik (pemberontakan), tetapi justru menumbuhkan semangat dan kesadaran baru bagi pejuang Indonesia untuk mencapai kemerdekaan sendiri dengan kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa mempercayai janji-janji Belanda (penjajah).  Demikian juga pada zaman Jepang, dengan mengakomodasi masuk ke dalam organisasi yang dibentuk Jepang yaitu mulai dari Gerakan tiga A, Putera, Peta, sampai dengan dibentuknya organisasi Jawa Hokokai (Perhimpunan Jawa), Cuo Sangi In, Keibondan (Barisan Pembantu Polisi), Seinendan (Barisan Pemuda), yang bertujuan untuk membantu Jepang dalam Perang Pasifik tetapi justru digunakan oleh para pendiri bangsa untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Inilah yang oleh Prof. Salim Said dikatakan sebagai “satu ranjang dengan mimpi yang berbeda.”
Sementara itu Taufiq Kiemas dengan situasi politik yang berbeda menggunakan kecerdasan dan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tercapainya kedaulatan dan cita-cita kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan berpedoman pada cita-cita pendiri negara, beliau mengobarkan empat pilar kebangsaan yang digagasnya yaitu melaksanakan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Taufiq Kiemas telah memberikan tauladan yang sangat berharga. Beliau merangkul semua elemen masyarakat, semua parpol yang berbeda untuk bersama-sama melaksanakan empat pilar kebangsaan secara konsisten. Beliau juga memberikan bagaimana menjadi pemimpin yang mengedankan kepentingan bangsa dan negara dengan kerja keras. Lobi dan silaturahmi yang beliau lakukan bukan untuk bagi-bagi kekuasaan tetapi untuk tujuan yang lebih mulia, yakni tercapainya kesepahaman untuk memperkokoh persatuan (NKRI), mencari kesamaan dari berbagai perbedaan (bhineka tunggal ika), dan mengembalikan haluan negara kepada UUD 1945 dan Pancasila. Beliau telah mengobarkan semangat patriotisme dan nasionalisme baru, kita boleh berbeda dalam hal apa saja, tapi tujuan kita sama untuk kebesaran dan kejayaan bangsa dan negara. Inilah yang penulis sebut dengan “mimpi yang sama walau di ranjang berbeda.”  Berkali-kali Beliau menegaskan bahwa dengan menegakkan empat pilar kebangsaan, masalah-masalah kronis bangsa ini seperti korupsi, kolusi, manipulasi, disintegrasi dapat diselesaikan dengan mudah.
Agaknya empat pilar kebangsaan ini mendesak untuk dilaksanakan secara konsisten.  Peran media masa, pemerintah, seluruh pejabat negara, pimpinan parpol, tokoh masyarakat, sangat penting. Diperlukan kesungguhan mereka menuju kebangkitan Indonesia sebagai bangsa yang besar, berdaulat, dan bermartabat di dunia. Ketauladanan Taufiq Kiemas yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara harus didukung dengan tindakan nyata. Apabila tidak dilaksanakan, ide besar itu akan sia-sia saja.  Selamat Jalan Bapak Taufiq Kieamas, semoga ide besarmu itu menjadi nyata.
 
Ka. Prodi PBSI IKIP Budi Utomo Malang dan Dosen Universitas Brawijaya,
Aktivis sosial dan politik



No comments:

Post a Comment