In Memorial Taufiq Kiemas
Tokoh Gerakan Neopatrionalis:
Penerus Cita-cita Pendiri Bangsa
dan Negara Indonesia
Penulis Umi Salamah
Sang Tokoh "Seorang
Taufiq Kiemas telah meninggal, namun idenya tidak. Kita berkepentingan menjaga
ide itu tetap hidup," ini pernyataan dari beberapa tokoh yang terpanggil
untuk meneruskan cita-cita pendiri bangsa Indonesia’. Kita
berharap agar ide Beliau itu tidak hanya hidup tetapi menjadi nyata. Gugur satu
tumbuh seribu. Belum banyak yang tahu tentang sosok Taufiq Kiemas sebelum
beliau wafat, kecuali di internal kader PDIP dan beberapa sahabat saja. Kini
hampir seluruh rakyat Indonesia tahu betapa besar peran Taufiq Kiemas dalam
meneruskan tongkat komando Bung karno sebagai tokoh pendiri bangsa. Ada yang
unik dari sosok kedua tokoh ini. Jika di zaman revolusi, Bung Karno menerapkan
prinsip “satu ranjang dengan mimpi yang berbeda” untuk mencapai kemerdekaan,
Taufiq Kiemas menerapkan prinsip “mimpi yang sama walau di ranjang yang berbeda”
untuk meneruskan cita-cita pendiri bangsa. Cita-cita besar yang ingin
diwujudkannya adalah terwujudnya bangsa yang besar, adil, makmur, dan terhormat
di dunia. Melalui empat pilar kebangsaan yang digagasnya, Taufiq Kiemas
berjuang mengi-mplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah
yang penulis sebut Beliau sebagai tokoh besar Nasionalisme dan Patriotisme baru
atau Neopatrionalis yang sejati.
Sosok sederhana
dan santun namun memiliki jiwa negarawan
yang besar dan berhati mulia
Empat
Pilar Kebangsaan penerus Tongkat Komando Bungkarno
Sejak sebelum revolusi hingga kini
hanya sedikit bangsa kita yang menyadari bahwa kita perlu merdeka. Hanya orang-orang yang tercerahkan itulah
yang mengelola proses itu sampai mencapai kemerdekaan. Bagaimana
mereka menggerakkan masyarakat untuk mencapai kemerdekaan itu? Bung Karno
mengatakan bangsa
yang besar dan terhormat hanya dapat dicapai melalui persatuan nasional yang
berlandaskan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Berdasarkan prinsip tersebut,
secara politis, para pemimpin gerakan kemerdekaan Indonesia telah meletakkan
sikap dasar bagi kepentingan nasional bukan kepentingan golongan, partai, atau
pun daerah apalagi kepentingan pribadi. Sikap dasar itu telah dirumuskan dalam
Pancasila dan UUD 1945. Pada masa itu semua pejabat negara tidak ada yang
memperkaya kelompok dan diri sendiri. Mereka benar-benar berjuang untuk
kebesaran dan kejayaan negara. Seorang Jendral besar seperti Ahmad Yani pun
belum memiliki rumah sampai beliau wafat. Hal itu sangat ironis dengan kondisi
saat ini. Seorang Jendral memiliki rumah dan mobil mewah bertebaran di
mana-mana. Bahkan seorang ketua partai politik yang tidak memiliki jabatan pun
bisa memiliki kekayaan yang sangat besar, meskipun sebelumnya hanya rakyat
biasa dengan materi yang terbatas.
Sementara
itu, Taufiq Kieamas mengatakan bangsa besar dapat dicapai melalui empat pilar
kebangsaan yang disosialisasikan oleh Taufiq Kiemas berupa Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan cita-cita pendiri bangsa
jika dilaksanakan secara konsisten. Beliau
berusaha menegakkan kembali tongkat komando Bung Karno dan mewujudkannya
melalui sikap dan perilaku dalam berorganisasi, berbangsa, dan bernegara.
Beliau merangkul siapa saja, dari golongan apa saja, dari partai apa saja,
bahkan tidak peduli koalisi ataupun oposisi. Demi terwujudnya NKRI dan tercapainya
cita-cita pendiri bangsa, kita boleh berbeda tetapi tujuannya sama untuk
kemakmuran dan kejayaan bangsa dan negara. Tentu saja tanpa didukung oleh semua
elemen masyarakat, cita-cita dan perjuangan Taufiq Kiemas tidak berarti
apa-apa. Dalam hal ini peran media masa menjadi sangat penting sebagai
penyambung lidah masyarakat.
Dengan diberitakannya sosok dan
cita-cita Taufiq Kiemas melalui media massa, masyarakat banyak yang terhenyak
dari tidur panjangnya. Masyarakat yang sudah hampir mati suri semangat kebangsaannya,
kini seperti dipompa kembali. Banyaknya tokoh yang siap melanjutkan dan
mewujudkan ide besar beliau, memberikan semangat pada rakyat untuk ikut
berpartisipasi membangun negeri melalui empat pilar kebangsaan yang dicanangkan
beliau. Mudah-mudahan pernyataan pemimpin dan para tokoh politik ini tidak
hanya indah dibibir saja tetapi benar-benar diwujudkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara agar gerakan ini dapat mengantar Bangsa Indonesia
keluar dari keterpurukannya selama ini.
Tampak akrab dan semangat dengan Bapak SBY meskipun berada
pada partai yang beroposisi
Sisi menarik dari Taufiq Kiemas dan Bung
Karno dalam Memperjuangkan Bangsa
Bung Karno merupakan sosok tokoh
yang sangat cerdas dalam menggerakkan revolusi Indonesia untuk mencapai
kemerdekaannya. Beliau sangat cepat
dalam merespon percaturan politik internasional. Prinsip-prinsip menentukan hak
nasib sendiri yang tercantum dalam piagam Atlantik, yang ditanda tangani oleh
Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris
Sir Winston Churchil pada tanggal 14 Agustus 1941, meski tujuan sebenarnya hanya
untuk mengamankan dunia bagi demokrasi negara sekutu yang sedang berperang
melawan kediktatoran Nazi Jerman, Negara fasis Italia, dan militeris Jepang, tetapi
oleh Beliau dijadikan dasar untuk menentukan nasib Bangsa Indonesia sendiri.
Bermula dari ketidakpercayaan
politik di kalangan luas orang-orang Indonesia yang sebelumnya loyal dan
memiliki kepercayaan kepada maksud-maksud baik pemerintah Belanda, akhirnya
membangkitkan kesadaran para pejuang kemerdekaan dengan menganggap bahwa
kemerdekaan penuh hanya didapat berdasarkan kemampuan diri sendiri, dan dengan
bersandarkan pada kekuatan sendiri. Di sinilah terjadinya mimpi yang berbeda
antara Belanda dan pejuang Indonesia. Dengan mengakomodasi partai-partai yang
kooperatif dalam bentuk “Indonesia berparlemen” dan dibentuknya panitia Visman
oleh Belanda dengan tujuan agar tidak terjadi gejolak politik (pemberontakan),
tetapi justru menumbuhkan semangat dan kesadaran baru bagi pejuang Indonesia
untuk mencapai kemerdekaan sendiri dengan kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa
mempercayai janji-janji Belanda (penjajah). Demikian juga pada zaman Jepang, dengan mengakomodasi
masuk ke dalam organisasi yang dibentuk Jepang yaitu mulai dari Gerakan tiga A, Putera, Peta, sampai
dengan dibentuknya organisasi Jawa Hokokai (Perhimpunan
Jawa), Cuo Sangi In, Keibondan (Barisan Pembantu Polisi), Seinendan
(Barisan Pemuda), yang bertujuan untuk membantu Jepang dalam Perang
Pasifik tetapi justru digunakan oleh para pendiri bangsa untuk mewujudkan
cita-cita kemerdekaan. Inilah yang oleh Prof. Salim Said dikatakan sebagai “satu
ranjang dengan mimpi yang berbeda.”
Sementara
itu Taufiq Kiemas dengan situasi politik yang berbeda menggunakan kecerdasan
dan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tercapainya kedaulatan
dan cita-cita kemerdekaan yang sesungguhnya. Dengan berpedoman pada cita-cita
pendiri negara, beliau mengobarkan empat pilar kebangsaan yang digagasnya yaitu
melaksanakan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Taufiq Kiemas
telah memberikan tauladan yang sangat berharga. Beliau merangkul semua elemen
masyarakat, semua parpol yang berbeda untuk bersama-sama melaksanakan empat
pilar kebangsaan secara konsisten. Beliau juga memberikan bagaimana menjadi
pemimpin yang mengedankan kepentingan bangsa dan negara dengan kerja keras.
Lobi dan silaturahmi yang beliau lakukan bukan untuk bagi-bagi kekuasaan tetapi
untuk tujuan yang lebih mulia, yakni tercapainya kesepahaman untuk memperkokoh
persatuan (NKRI), mencari kesamaan dari berbagai perbedaan (bhineka tunggal
ika), dan mengembalikan haluan negara kepada UUD 1945 dan Pancasila. Beliau
telah mengobarkan semangat patriotisme dan nasionalisme baru, kita boleh
berbeda dalam hal apa saja, tapi tujuan kita sama untuk kebesaran dan kejayaan
bangsa dan negara. Inilah yang penulis sebut dengan “mimpi yang sama walau di
ranjang berbeda.” Berkali-kali Beliau
menegaskan bahwa dengan menegakkan empat pilar kebangsaan, masalah-masalah
kronis bangsa ini seperti korupsi, kolusi, manipulasi, disintegrasi dapat
diselesaikan dengan mudah.
Agaknya
empat pilar kebangsaan ini mendesak untuk dilaksanakan secara konsisten. Peran media masa, pemerintah, seluruh pejabat
negara, pimpinan parpol, tokoh masyarakat, sangat penting. Diperlukan
kesungguhan mereka menuju kebangkitan Indonesia sebagai bangsa yang besar,
berdaulat, dan bermartabat di dunia. Ketauladanan Taufiq Kiemas yang
mengedepankan kepentingan bangsa dan negara harus didukung dengan tindakan
nyata. Apabila tidak dilaksanakan, ide besar itu akan sia-sia saja. Selamat Jalan Bapak Taufiq Kieamas, semoga
ide besarmu itu menjadi nyata.
Ka. Prodi PBSI IKIP Budi Utomo Malang dan Dosen Universitas
Brawijaya,
Aktivis sosial dan politik
No comments:
Post a Comment